REVOLUSI INDUSTRI 4.0 MENJADI BOOMING. BAHAYA ATAUKAH MENGGEMBIRAKAN?
Revolusi Industri 4.0 atau yang lebih dikenal sebagai Revolusi Industri keempat menimbulkan ketakutan bagi banyak pihak soal pekerjaan manusia yang akan digantikan oleh teknologi terkini. Di Indonesia revolusi industri ini sudah terlihat di sektor perbankan. Banyak karyawan perbankan yang nasibnya terancam karena revolusi Industri ini. Bahkan Jaringan Komunikasi Serikat Pekerja Perbankan Indonesia mencatat sudah ada 50.000 karyawan bank yang di-PHK karena perkembangan teknologi. Revolusi industry 4.0 ditandai dengan kemunculan super computer, robot pintar, rekayasa genetika, kendaraan tanpa pengemudi yang dapat mengancam hilangnya profesi supir, cloud computing, sistem big data, rekayasa genetika dan perkembangan Neuroteknologi yang memungkinkan manusia untuk lebih mengoptimalkan fungsi otak. Dampak Sosial dari Revolusi Industry 4.0 dapat menciptakan pola pikir yang inovatif dan kreatif tapi tidak menciptakan pola pikir yang kritis.
Karakteristik Revolusi Indutri 4.0:
- Kehadiran disruptive technology
- Perubahan ukuran Beberapa tahun yang lalu perusahaan di bidang peniagaan berlomba–lomba membangun gedung yang bagus, sedangkan sekarang lebih booming marketplace sehingga tinggal foto produk dengan bagus dan menguploadnya.
- Wajah ekonomi dunia saat ini dipenuhi oleh hal-hal yang dapat dilihat secara online seperti: sharing economic, e-education, e-government.
Ancaman dan peluang Revolusi Industri 4.0
- Ancaman: secara global, Era industrialisasi digital menghasilkan 1-1,5M pekerjaan sepanjang tahun 2015-2025 karena digantikannya posisi manusia dengan mesin (Gerd Leonhard). Diestimasi bahwa 65% murid sekolah dasar di dunia akan bekerja pada pekerjaan yang belum pernah ada hari ini. (U.S Department of Labour)
- Peluang: Era digitalisasi berpotensi memberi peningkatan net tenaga kerja hingga 2.1 juta pekerjaan 2025. Terdapat potensi berkurangnya emisi karbon hingga 26 miliar metric ton dari industry (World Economic Forum.)
Bill Gates pernah berkata bahwa Revolusi 4.0 merupakan “opportunity for everyone”, yang artinya peluang untuk semua orang. Revolusi Industri selalu berkaitan dengan Human Centrism (keyakinan bahwa manusia selalu menjadi pusat). Kombinasi antara fisik dan digital semata-mata untuk memuaskan keinginan manusia, dan saat ini Indonesia berada di Revolusi Industri 4.0, meskipun ada regulasi pemerintah yang melarang suatu perusahaan 100% menggunakan tenaga mesin/robot.
Tidak bisa dipungkiri, bahwa teknologi saat ini berkembang sangat pesat. Dimana terdapat dua sisi-sisi yang tidak bisa digantikan oleh teknologi secanggih apapun dan ada sisi lain yang tidak pernah hilang dari manusia yaitu sisi akal dan perasaan. Dengan adanya teknologi tersebut manusia dapat memanfaatkan sisi humanisme untuk menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain. Dengan memanfaatkan ilmu yang dimilikinya, mahasiswa dapat berperan aktif dalam menangkap peluang dengan menyelaraskan antara nilai akademik, industri dan sosial di lingkungan sekitarnya. Maka mahasiswa tersebut dapat dijuluki sebagai “Agen of Change”.
Menurut Musoli, S.E., M.M selaku pemateri dalam Dialogika 2 menyampaikan bahwa kita sebagai masyarakat yang sudah berada di era 4.0 diharapkan memiliki kreativitas yang tinggi, kritis dalam bertindak, cakap dalam berbicara, dan mampu berinteraksi dengan baik agar terciptanya SDM yang diinginkan. Sedangkan menurut pendapat para mahasiswa masyarakat Indonesia lebih dari 50% terhubung dengan internet, e-commerce meningkat, manusia akan terganti oleh mesin. Manusia harus lebih memperhatikan hal-hal kecil terlebih dahulu. Contohnya: di media sosial banyak headline dari sebuah berita, namun masih banyak masyarakat yang malas untuk mencari kebenaran atas informasi tersebut. Oleh karena itu diharapkan pemerintah maupun perguruan tinggi dapat mencetak mahasiswa millennium sebagai SDM yang kreatif dan inovatif, bekerja sama menjadi agen perubahan yang mampu bersaing di era revolusi industry 4.0 saat ini.
Menurut Pemateri juga solusi atas berbagai permasalahan yang muncul akibat perkembangan teknologi juga tidak lepas dari peranan Perguruan Tinggi dan Mahasiswa sebagai generasi penerus, Mahasiswa harus memiliki formula 4C untuk menghadapi Revolusi Industri 4.0 yaitu : Critical thinking, Creativity, Communication, and Collaboration, karena masa depan bangsa berada digenggaman para pemudanya. Selain mahasiswa, Perguruan Tinggi ikut berperan dalam menjembatani atau sebagai intermediator dari proses belajar mahasiswa. Kompetensi Tridarma PerguruanTinggi harus diselaraskan dengan era industry 4.0 :
- 3 literasi baru: Digital, Teknologi dan Human
- Ekstrakulikuler
- Entrepreneur dan Internship
Kemudian, dosen yang merupakan pengajar juga berperan dalam mengubah mindset dan membuka mata mahasiswa bahwa era globalisasi begitu pesat berkembang. Disini tidak hanya peran Perguruan Tinggi dan Mahasiswa saja yang memiliki power menjaga masa depan bangsa dan masyarakat, tetapi pemerintah juga sebagai stakeholder dan fasilitator untuk menunjang pemberdayaan manusia. Sehingga perlu adanya regulasi yang baik antara Pemerintah, Perguruan Tinggi, dan Mahasiswa agar dapat menjawab tantangan dari Revolusi Industry 4.0. (ya)